Permainkanlah waktu sebelum waktu yang mempermainkanmu


Ada yang menarik dari kegiatan belajar di tingkat Taman Kanak-Kanak Al-Quran pada umumnya. Ada salah satu surat dari al-quran yang menjadi hafalan utama para santrinya, meskipun ia tidak disuruh untuk menghafalnya, tapi karena bacaan itu dibaca berulang dan terus menerus minimalnya 6 kali dalam seminggu sehingga bacaan itu terekam di memori para santri. Ternyata kitapun bisa belajar dari para santri TKA itu dalam kita menambah jumlah hafalan kita. Minimal kuncinya ada dua dari pengalaman para santri TKA diatas. Yang pertama adalah dibaca terus menerus, yang kedua adalah menjadikan bacaan itu favorit dengan segala latar belakangnya. Dimata santri, bacaan itu menjadi favorit karna ada maksud lain dalam ia mempersepsikan surat tersebut. Surat tersebut merupakan surat yang di tunggu-tunggu para santri dalam proses belajarnya. Karena ketika mereka disuruh membaca surat tersebut maka artinya ia akan menyudahi kegiatan belajar mengajar dan bisa melanjutkan kegiatan lainnya yang ia sukai. Surat itu adalah surat Al-Ashr.
Jika membaca paragraf diatas, QS Al-Ashr ternyata berhubungan dengan waktu. Baik secara tersirat atapun tersurat. Secara tersurat bisa kita lihat ayat pertama, Demi masa. Demi massa merupakan firman Allah yang memberikan gambaran sumpah Allah terhadap makhluknya. Suatu makhluk jika disertakan dalam sumpah Sang Maha Pencipta merupakan suatu bukti bahwa makhluk tersebut merupakan makhluk yang istimewa dan urgent, serta mempunyai posisi yang mulia disisi Allah swt. Kalau Allah saja mementingkan waktu, barang tentu seharusnya kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Maha Pemilik Waktu juga harus menghargai waktu. Cinta terhadap waktu merupakan bukti kecintaan kita kepada Allah. Bukankah orang yang mencintai itu cenderung mengukuti sesuatu yang ia cintai?
Secara tersirat, bahwa dari paragraf pertama menyimpulkan Al-Ashr mempunyai fungsi waktu sebagai penutup kegiatan belajar. Ketika QS.Al-Ashr sudah selesai dibacakan maka waktu belajar para santripun beberapa menit akan segeera selesai.
Melihat fenomena sekarang, banyak orang yang menyepelekan waktu. Kalau perbuatannya dalam menyepelekan waktu tidak merugikan orang lain, itu tidak masalah. Tapi kebanyakan orang menyepelekan waktu dan akibatnya dapat merugikan orang lain, baik dari segi perasaan, harta atau dari segi waktunya sendiri.
Banyak orang yang mengerti itu tapi dia menyepelekan itu, banyak mahasiswa yang tau itu bahkan diapun menyepelekan itu. Banyak orang islam yang sudah mengerti itu tapi seakan akan tidak pernah dikasih tau. Yang bikin jengkel lagi, banyak para aktifis islam yang tidak menghargai waktu.
Kenapa on time susah banget?
Banyak orang yang berkoar-koar minta ontime pada orang lain, tapi tidak pernah ia dapatkan itu. Yang ada malah ia merasa tidak dihargai. Karna perintahnya atau permintaannya tidak di turuti. Perintahnya hanya sekeder untuk hadir tepat waktu. Atau ia meminta orang lain ontime padahal dia sendiri tidak ontime. Kadang saya ingin memukul orang itu, tapi alhamdulillah kesabaran masih ada. Ketika didepan berkata A, menasehati orang lain untuk ontime, tapi dikesempatan lain ia sendiri melakukan aktifitas B pada kegiatan yang lainnya. Kalau hanya sekali-duakali itu masih bisa diterima. Tapi ini berulang dan terus berulang. Atau ada tipe lain, dimana ia memilih beberapa kegiatan saja untuk bisa on time, tapi dikegiatan lainnya suka menelatkan diri dengan sengaja. Karna dirasa kegiatan itu lebih dia sukai atau lebih bermanfaat dari kegiatan lainnya.
Kita instrospeksi diri kita masing masing sudah sejauh manakah kita menghargai waktu. Menghargai waktu berarti menghargai teman. Menghargai waktu berarti menghargai masa depan kita. Menghargai waktu berarti kita bersyukur kepada Allah.
Dalam konteks aktifis dakwah, kita liat syuro/ kegiatan para aktifis yang ngakunya aktifis menyebarkan dakwah islam. Dari semua yang di undang:
  1. Berapa yang hadir tepat waktu?
  2. Berapa orang yang hadir tidak tepat waktu (telat), tapi izin sebelum syuro tersebut.
  3. Berapa orang yang tidak hadir tepat waktu (telat), tapi izin ketika syuro sudah dimulai dan punya rasa bersalah
  4. Berapa orang yang tidak hadir tepat waktu (telat) tapi izin ketika syuro sudah dimulai dan tidak punya rasa bersalah
  5. Berapa orang yang tidak hadir tepat waktu (telat) tapi tidak izin sama sekali dan punya rasa bersalah
  6. Berapa orang yang tidak hadir tepat waktu (telat) tapi tidak izin sama sekali dan tidak punya rasa bersalah
  7. Berapa orang yang tidak hadir, tapi izin sebelum syuro dimulai
  8. Berapa orang yang tidak hadir, tapi izin setelah syuro dimulai dan tidak punya rasa bersalah
  9. Berapa orang yang tidak hadir, tapi izin setelah syuro dimulai dan punya rasa bersalah
  10. Berapa orang yang tidak hadir, tapi tidak izin sama sekali dan punya rasa bersalah
  11. Berapa orang yang tidak hadir, tapi tidak izin sama sekali dan tidak punya rasa bersalah
Atau sekarang pertanyaannya di rubah sedikit. Berapa orang yang, di ubah menjadi Apakah kamu jika. Kamu sering melakukan point yang mana?
Jika posisimu adalah pimpinan syuro atau ketua kegiatan, bagaimana perasaanmu jika peserta syuro yang kamu pimpin kisarannya pada point 3, 4, 5,6, 8, 9, 10 dan 11. Kebanyakan sang pemimpin akan mengelus dadanya.
Yang bikin heran adalah, apa sih yang ada di benak (fikiran) orang yang telat tadi. Baru ngurus diri sendiri saja kocar-kacir bagaimana dia bisa bilang ngurusin kampuslah, binaanlah, wismalah, akademiklah, laporanlah, praktikumlah, kuliahlah, umatlah, organisasilah, dan lah-lah yang lainnya. Ayo kawan sadar dan sadarlah. Bisa ontime nggak sich barang 3 kali berturut-turut. Perubahan itu dari diri kita sendiri. Kapan kita mau berubah dan tidak membuat jengkel orang lain.
Atau ada yang berfikir ngapain saya ontime, orang temen-temen yang lain saja telat. Dari pada saya datang duluan dan malah menunggu yang lain, mending datengnya telat sedikit sajalah. Atau ia sedang melakukan pekerjaan lain, misal ngegame atau bikin laporan dan berfikir untuk menyelesaikan laporannya atau gamenya terlebih dahulu dan akhirrnya telat dalam majlis dan tidak izin. Seperti tidak diajarkan adab dalam majlis saja. Kalau kita bersu udzon terus bagaimana umat ini bisa bangkit. Bukankah rasul bersabda, tingkatan ukhuwah paling ringan adalah kita berprasangka baik kepada orang lain? Lebih baik lagi kalau kita menghargai orang ain seperti kita menghargai diri sendiri. Amat lebih tingg lagi kata rasul adalah kita berusaha mementingkan urusan orang lain dalam hal muamalah.
Ingat kawan, kalau kita tidak mau dikecewakan seseorang maka kitapun jangan mengecewakan orang lain. Padahal saya sekarang sedang berinteraksi dg orang-orang yang selangkah lebih tahu dari orang orang/ organisasi yang lain. Kalau temen temen belum tau adab dalam majlis, saya kasih tau sedikit disini. Selebihnya silakan cari tahu sendiri, kan sudah gede.

Adab dalam majlis
  • Hadir tepat waktu atau beberapa menit sebelum acara berlangsung
  • Jika sudah pasti tdak bisa hadir, maka segera izin untuk tidak menghadiri majlis dengan menyampaikan alasan yang syar’i dan izin minimal 1 hari sebelumnya. Tapi bukan berarti tidak bisa berkontribusi (menitipkan laporan berkembangan yang harus disampaikan atau menitipkan ide atau gagasannya kepada anggota majlis yang hadir).
  • Jika datang terlambat, maka minta izin sebelum majlis dimulai, bukan saat majlis sudah dimulai apalagi sudah selesai.
  • Jika tidak bisa menghadiri majlis, inisiatif mencari tahu hasil/ keputusan yang dibuat majlis
  • Tunduk dan patuh terhadap keputusan selama tidak menentang syariat.
Izin yang dinilai syar’i
  • Sakit
  • Kuliah
  • Praktikum
  • Agenda tarbawi
  • lebih dahulu mempunyai agenda dengan majlis lain sebelum informasi itu ia dapatkan. tapi pertimbangkan kebermanfaatan dan mudhorotnya.

Apakah ini hukum karma bagi para pemimin dengan fenomena telat para bawahan atau atau bagaimana?. Atau ini adalah pelampiasan semata krna sering dikecewakan orang lain yang suka telat?
Allahu ‘alam

Post a Comment for "Permainkanlah waktu sebelum waktu yang mempermainkanmu"